Jangan Kasih Kendor

Jangan Kasih Kendor
Oleh Puspita D. Rahayu

Ke-aku-an yang tinggi membuat seseorang merasa; aku tidak butuh mantra-mantra. Ketika dunia meminta kita melakukan apa saja, tidak sadar rasa ingin dilihat, ingin dianggap hebat ternyata telah menjatuhkan, menjauhkan seseorang dari ketenangan dan kedamaian sejati.

Terkadang kita harus memaksakan diri. Bukankah kebiasaan dihasilkan dari pilihan-pilihan yang dipaksakan? Seperti makan, tiga kali sehari. Tidak boleh kurang, harus teratur untuk mendapatkan tubuh yang sehat. Seperti itu juga agar mendapatkan jiwa yang tenang, harus konsisten dan teratur dengan asupan-asupan untuk kesehatan jiwa. Dunia memperdaya kita untuk terus mempercantik raga sehingga lupa mempercantik jiwa.

Sebagian orang merasa malas membaca Al-Qur’an padahal itu adalah mantra-mantra yang tidak tertandingi kemasyhurannya.

Sebagian orang tidak punya waktu untuk membaca Al-Quran karena sibuk dengan urusan dunia. Sebagian menganggap remeh, petunjuk yang bisa membawa kita ke surga. Menyelamatkan kita dari kesesatan. Menjauhkan dari segala marabahaya. Mantra-mantra yang mampu menenangkan jiwa.

Dari Abdullah Bin Mas’ud dia berkata: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah, cahaya, penyembuh yang sangat mujarab, pelindung bagi orang yang berpegang padanya, penyelamat bagi orang yang mengikutinya, tidak membelokkan melainkan ia meluruskannya. Keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis, dan tidak pernah membosankan meski dibaca berulang-ulang.  Untuk itu bacalah ia, karena sesungguhnya Allah akan memberikan pahala atas bacaan tersebut, yang setiap hurufnya berpahala sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan ‘Alif Laam Miim’ (sebagai satu kata) tetapi alif, laam, miim.” (HR. Ad-Darimi)

Menyadari status sebagai seorang hamba adalah bentuk rasa syukur paling mulia. Jangan biarkan lelah mengalahkan kita, jangan biarkan malas membinasakan kita. Sempatkan 30 menit saja dalam sehari untuk membacanya. Jangan sebentar-sebentar baca status teman, sebentar-sebentar update status di sosmed, coba merubah diri dengan sebentar-sebentar baca Qur’an, sebentar-sebentar update hafalan.

Rasakan betapa indahnya hidup dekat dengan Qur’an. Tidak hanya sekedar membacanya, tapi juga mengamalkannya dalam kehidupan. Semangat menuju Allah untuk meraih surganya. Sebagai muslim harus punya visi dan misi dalam hidupnya, dan punya prinsip yang kuat. Setiap dari kita adalah pembelajar, pembelajar yang baik adalah ia yang tidak membiarkan waktunya terbuang sia-sia.

Muhammad Kamil. 1998. Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

#KnightWriter
#WriterFor Indonesia

Komentar